Menjadi seorang perancang jaringan, kita dituntut untuk tidak hanya mengikuti kemauan kita saja, tetapi juga harus mengikuti kebutuhan dan kemampuan customer. Seringkali kita ingin merancang jaringan yang ideal, dengan fitur-fitur paling mutakhir, tetapi tidak bisa kita lakukan karena keterbatasan sumber daya customer, baik sumber daya manusia atau dana.
Contoh, dalam menentukan routing protocol yang digunakan di jaringan backbone (fyi, saya membicarakan jaringan enterprise, bukan telco). Kita ingin menggunakan routing protocol dinamis seperti OSPF, karena menurut kita ini adalah routing protocol yang advance. Tetapi karena keterbatasan dana, yang mengakibatkan perangkat yang dibeli tidak begitu mumpuni untuk menjalankan routing protocol tsb (atau perangkat yang dibeli cukup mumpuni, tetapi kita sebagai system integrator merasa tidak memiliki spare perangkat yang mumpuni jika harus menyediakann pengganti sewaktu-waktu terjadi kerusakan pada perangkat yang dibeli customer tsb), akhirnya kita urung menggunakan routing protocol tsb, dan memutuskan menggunakan routing protocol static saja.
Contoh lainnya adalah dalam menentukan redundansi atau resiliensi jaringan. Sebagai perancang tentu kita menginginkan jaringan yang serba redundan, core switch redundan, link redundan, uplink intenet redundan, agar jaringan terjamin availabilitynya. Tetapi kembali lagi kepada kemampuan customer, apakah customer memiliki sumber daya yang cukup untuk mengimplementasikan solusi tsb?
Ini dari sisi fitur yang ingin kita terapkan di jaringan customer. Hal lain yang harus dipikirkan betul adalah manajemen IP address di jaringan.
Di jaringan customer, biasanya kita membagi-bagi customer menjadi beberapa bagian sesuai dengan departemen atau jabatan. Yang paling sering adalah kita membagi customer berdasarkan jabatan, misal VIP dan Staff, lalu ditambah dengan Guest untuk memfasilitasi kebutuhan koneksi jaringan bagi pengunjung di lokasi customer. VIP, Staff, dan Guest ini diberikan alokasi jaringan yang berbeda. Contohnya sbb :
Sekarang, customer juga bisa memiliki banyak gedung, serta kantor di lokasi yang jauh, berbeda kota misalnya. Sehingga jaringan customer memerlukan apa yang dinamakan “aggregate switch”, yaitu switch yang menjadi terminasi (gateway) dari traffic client di setiap gedung atau lokasi remote. Manajemen IP address dimulai dari switch ini.
Dalam merancang manajemen IP address, goal kita adalah setiap perangkat memiliki routing table sesedikit mungkin. Ini untuk efisiensi sumber daya dari perangkat tsb, karena semakin besar routing table, semakin besar juga sumber daya yang dibutuhkan untuk processing, yaitu sumber daya CPU dan memory.
Perhatikan topologi berikut :
Seperti terlihat dari topologi diatas, kita memiliki 2 gedung, dan 1 lokasi remote. Ketiganya memiliki aggregate switch sebagai gateway dari client masing-masing gedung atau lokasi. Kita mengatur alokasi IP address sbb :
Gedung A :
VIP : 10.0.0.0/24
Staff : 10.0.1.0/24
Guest : 10.0.2.0/24
Gedung B :
VIP : 10.0.4.0/24
Staff : 10.0.5.0/24
Guest : 10.0.6.0/24
Lokasi Remote :
VIP : 10.0.8.0/24
Staff : 10.0.9.0/24
Guest : 10.0.10.0/24
Dengan pengaturan seperti ini, kita bisa melakukan aggregate routing di sisi Core Switch, yaitu route 10.0.0.0/22 ke arah Aggregate Switch Gd. A, 10.0.4.0/22 ke arah Aggregate Switch Gd. B, dan 10.0.8.0/22 ke arah Aggregate Switch Lokasi Remote, sehingga total hanya ada 3 baris routing di routing table Core Switch.
Routing Table Core Switch :
10.0.0.0/22 —> via Aggregate Switch Gd. A
10.0.4.0/22 —> via Aggregate Switch Gd. B
10.0.8.0/22 —> via Aggregate Switch Lokasi Remote
Perancangan IP address menggunakan gambar (topologi) menurut saya memiliki kelebihan dibandingkan menggunakan Excel. Ini karena kita bisa membayangkan routing table yang akan diinstall di setiap perangkat dan dapat menentukan alokasi IP address yang paling efisien bagi jaringan. Kekurangan jika kita merancang menggunakan Excel, adalah kita lebih berpotensi melakukan kesalahan yang menyebabkan inefisiensi routing di perangkat. Contohnya perancangan sbb :
Gedung A :
VIP : 10.0.0.0/24
Staff : 10.0.1.0/24
Guest : 10.0.2.0/24
Gedung B :
VIP : 10.0.3.0/24
Staff : 10.0.4.0/24
Guest : 10.0.5.0/24
Lokasi Remote :
VIP : 10.0.6.0/24
Staff : 10.0.7.0/24
Guest : 10.0.8.0/24
Lalu kita implementasikan dalam topologi, hasilnya sbb :
Ada inefisiensi routing di Core Switch, karena kita tidak bisa melakukan aggregate dari subnet-subnet di tiap gedung (jika memaksakan aggregate, akan ada overlap antara subnet di gedung satu dengan yang lain).
OK.. Jadi kita sudah membahas 2 hal kali ini, yaitu pertimbangan fitur yang akan kita implementasikan di jaringan customer dan manajemen IP address. Lain kali insya Allah saya akan membahas hal lain yang berhubungan dengan perancangan jaringan, misalnya pertimbangan dalam menentukan model topologi jaringan, apakah star, tree, ring, dll, atau bahasan yang lainnya. Semoga selalu mendapat ilham
Semoga bermanfaat. Salam..
Sumber : https://salfarisi25.wordpress.com/
Write @2022 Langkat2000