Share

Kamis, 11 Oktober 2018

Organisasi Amatir Radio Indonesia - ORARI

Berkas:Logo Orari.jpgOrganisasi Amatir Radio Indonesia, disingkat ORARI, adalah satu-satunya wadah bagi amatir radio di Indonesia. Organisasi ini resmi berdiri pada 9 Juli 1968 atas dasar Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1967. Hingga tahun 2006, ORARI telah memiliki 31 ORARI Daerah dan 367 ORARI Lokal yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

ORARI adalah bagian dari International Amateur Radio Union (IARU) yang merupakan Organisasi Amatir Radio Dunia. Ketentuan yang mengatur kegiatan Amatir Radio diatur pula dalam Radio Regulation yang di keluarkan oleh International Telecommunication Union (ITU).

Tingkat Kecakapan Amatir Radio

  • Pemula
  • Siaga
  • Penggalang
  • Penegak

Sejarah ORARI

Hasil gambar untuk ORARIAwal Organisasi Radio Amatir di Republik Indonesia

17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan dengan menggunakan sarana sederhana karya para Amatir Radio, mulai dari mikrofon hingga pemancar untuk menyebarluaskan Proklamasi Bangsa Indonesia ke seluruh dunia.

Era Kemerdekaan Indonesia dimulai, sebagian dari para Amatir Radio tetap bertahan sebagai radio pejuang dan sebagian lagi membentuk Persatoean Amatir Radio Indonesia (PARI) guna memudahkan koordinasi antaramatir radio dalam menyerap teknologi.

Akan tetapi, situasi ini tidak bertahan lama. Tahun 1952 situasi negara tidak menguntungkan dengan munculnya berbagai pemberontakan. Timbul kekhawatiran Pemerintah Amatir Radio akan dimanfaatkan kaum pemberontak, maka di berlakukanlah keadaan darurat perang (SOB) dan dikeluarkan Maklumat yang berisi: “Hanya pemancar radio milik pemerintah yang boleh mengudara, dan perorangan tidak dibenarkan memiliki pemancar radio“, dengan keluarnya maklumat tersebut, PARI terpaksa dibekukan.

Tahun 1965 merupakan sejarah pahit bangsa Indonesia. Sementara tahun 1966 merupakan masa pergolakan mahasiswa yang didukung masyarakat untuk menegakkan keadilan dan kebenaran di bumi pertiwi ini. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang berjuang dengan aksi demostrasi memerlukan sarana komunikasi dan informasi setelah media Harian KAMI dilarang terbit. Tanggal 14 Februari 1966, sekelompok mahasiwa publistik yang tergabung dalam wadah KAMI membentuk radio siaran perjuangan bernama Radio Ampera. Radio Ampera menginformasikan kepada masyarakat akan perjuangan mereka dalam menumbangkan kezaliman Orde Lama dan menuntut pembubaran PKI. Stasiun radio ini hanya betahan hingga tanggal 26 Februari 1966.

Dengan hilangnya Radio Ampera, para laskar Ampera mendirikan berbagai stasiun radio pengganti, seperti FK UI, STTN, Remaco, TU47 RC, RMD, RH22, RC77, Radio Fakultas Tehnik UI, Radio Angkatan Muda, Kayu Manis, dan Draba. Sudah tentu semua radio siaran itu merupakan siaran yang tidak memiliki izin alias Radio gelap. Dengan melakukan kegiatan komunikasi koordinasi kesatuan aksi dan siaran radio perjuangan, semua stasiun radio tersebut menamakan diri sebagai Radio Amatir. Terbentuknya ORARI boleh dikatakan berawal di Jakarta dan Jawa Barat atau pulau Jawa pada umumnya dan diprakarsai oleh kegiatan aksi mahasiwa, pelajar, dan kaum muda.

Jumlah stasiun-stasiun radio amatir terus bertambah dengan pesat. Akibatnya, frekuensi kian tidak terkendali dan pengertian radio amatir menjadi kabur. Beberapa tokoh Amatir Radio berupaya untuk menjernihkan suasana dengan membentuk perkumpulan­-perkumpulan, antara lain:

  • Persatuan Amatir Radio Jakarta (PARD)
  • Persatuan Amatir Radio Bandung (PARB)
  • Persatuan Amatir Radio Indonesia (PARI)
  • Persatuan Radio Amatir Indonesia (PRAI)

Perkumpulan ini dibentuk dengan maksud untuk mendata stasiun radio amatir yang bermunculan serta melakukan bimbingan serta pengawasan dan pengedalian terhadapnya. Diadakanlah pendataan dan ujian bagi yang berminat serta diterbitkanlah tanda pengenal dan izin mengudara, baik untuk komunikasi dan eksperimen maupun untuk siaran.

Sadar karena semakin banyaknya radio siaran bermunculan, yang memerlukan suatu koordinasi demi tercapainya perjuangan Orde Baru (ORBA), maka dibentuklah, pada tahun 1966 oleh para mahasiwa, suatu wadah yang diberi nama PARD (Persatuan Radio Amatir Djakarta). Di antara koordinatornya adalah Willy A. Karamoy; Ismet Hadad; dan Rusdi Saleh. Di Bandung terbentuk PARB. Bagi anggota yang hanya berminat dalam bidang teknik wajib menempuh ujian tehnik dan bagi kelompok radio siaran di samping perlu adanya teknisi yang telah diuji juga wajib menempuh ujian tehnik siaran dan publisistik. Setelah itu, semuanya diberi callsign menggunakan prefix X, kode area 1 sampai dengan 11 dan suffix 2 huruf sedangkan huruf suffix pertamanya mengidentifikasikan tingkat keterampilannya A sampai dengan F, seperti X6AM, X11CB. Adapun untuk radio siaran diberi suffix 3 huruf. Pada mulanya, PARD merupakan wadah bagi para amatir radio dan sekaligus radio siaran sehingga saat itu secara salah masyarakat mengidentikan radio amatir sebagai radio siaran non-RRI. Oleh karena adanya tingkatan keterampilan, PARD saat itu juga menyelenggarakan ujian kenaikan tingkat.

Di samping itu, terdapat juga para Amatir Radio era 1945-1952 yang tergabung dalam PARI (Persatoean Amatir Repoeblik Indonesia 1950), di antaranya terdapat nama-nama, Soehodo †. (YBØAB), Dick Tamimi †. (YBØAC), Soehindrio (YBØAD), Agus Amanto † (YBØAE), B. Zulkarnaen †. (YBØAU), dan Koentojo † (YBØAV). Di antara mereka ternyata ada juga yang menjadi anggota PARD, seperti (YBØAE) dan (YBØAU).

Penertiban Kegiatan Amatir Radio Tahun 1967

Upaya pendataan dan penertiban melalui perkumpulan / komunitas tidak semuanya berhasil untuk mengatasi kesemerawutan frekuensi, karena tidak semua pengguna pemancar radio mau bergabung dalam perkumpulan ini.

Demi ketertiban pemakaian frekwensi di Jakarta pada pertengahan 1967 atas prakarsa bapak Bambang Soehardi † selaku Ka Hubdam V Jaya diberlakukan wajib daftar bagi setiap Amatir radio dan broadcaster di Hubdam V Jaya dengan rekomendasi dari PARD dan masa berlakunya surat tanda pendaftarannya adalah 3 bulan, walaupun surat tanda Daftar baru keluar ± bulan Juni 1968.

Pada Akhir tahun 1967 atas prakarsa Dr. Rubiono Kertopati † (salah seorang perintis Lembaga Sandi Negara) selaku ketua Dewan Telkomunikasi, Koentojo † (YBØAV) selaku Sekretaris Dewan TelKom dan bapak Soerjadi † (YBØAZ) selaku Ka HubAd memanggil tokoh-tokoh dari berbagai perhimpunan Amatir Radio tersebut, guna membahas dan merumuskan ketentuan tentang kegiatan Amatir Radio di Indonesia. Hasil-nya, pada tanggal 30 Desember 1967 terbitlah Peraturan Pemerintah no. 21 tahun 1967 tentang Kegiatan Amatir Radio Indonesia, yang antara lain Membentuk Organisasi Amatir Radio Indonesia yang mewajibkan para Amatir Radio di Indonesia untuk bergabung di dalamnya, serta AD/ART diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Terbentuknya Organisasi Radio Amatir Indonesia 9 Juli 1968

Atas dasar PP 21/1967 maka pada tanggal 9 Juli 1968 dilingkungan Sekretariat Negara pada waktu itu dan tanpa kesibukan yang menonjol dengan dihadiri para pimpinan perhimpunan Amatir Radio dan sejumlah calon anggota yang berdomisili terutama di pulau Jawa. Mereka berkumpul dan sepakat untuk melebur dalam sebuah wadah tunggal yang disebut sebagai ORARI – Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia. , Terbentuklah ORARI dan praktis pada awalnya hanya mencakup pulau Jawa yang terdiri atas 4 Region yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selanjutnya dalam kongres ke 2 namanya disempurnakan menjadi ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA (ORARI) . Dengan demikian tanggal 9 Juli 1968 merupakan hari lahirnya ORARI dan hari Amatir Radio Indonesia. Ketua ORARI Nasional dijabat oleh Bapak Koentoyo † (YBØAV). Dengan terbentuknya wadah yang sah ini maka, para Amatir merasa lega karena bisa secara sah melakukan kegiatannya.

Tenaga penguji di Dewan Telkom saat itu sangat terbatas dan hanya diperuntukan untuk menguji calon Operator dan Markonis radio maka, Dewan belum mungkin menyelenggarakan ujian untuk calon anggota ORARI dan untuk kebutuhan ini ORARI diberi wewenang sementara untuk menyelenggarakan sendiri ujian Amatir bagi calon anggotanya. Dan untuk mengurus keperluan perizinan seluruh anggota ORARI telah ditunjuk wakil tetap ORARI di Dewan Telekomunikasi RI, yaitu, Herry Sembel (YBØBR) dan Hasan Koesoema (YBØAH).

Dengan terbentuknya ORARI maka terjadilah masa transisi dalam meletakan istilah Amatir pada tempatnya, terutama dimasyarakat dan bahkan banyak diantara pengurus terutama didaerah masih mengidentikan kegiatan Amatir radio dengan Radio siaran non RRI. Hal ini terlihat dengan adanya radio-radio siaran dan badan-badan usaha yang melegalitaskan kegiatan siaran/ komunikasi usahanya dengan merekrut anggotanya menjadi anggota ORARI. Untuk mempersingkat masa transisi ini dan mencegah jangan adalagi suatu badan radio siaran atau badan lainnya mengajukan permohonan menjadi anggota ORARI maka pada Bulan Februari 1969 Bapak Koentoyo selaku Sekretaris Dewan Telekom menugaskan Bapak Engkus selaku staff Dewan Telekom dan Hasan Koesoema selaku wakil tetap ORARI di Dewan Telekom untuk memberikan pengarahan pada pembina dan pengurus ORARI di Jawa tengah dan Jawa Timur. Dari hasil pengarahan dan pengamatan ternyata Jawa tengah Bapak Imam Poerwito selaku KAHUBDAM Kodam Diponegoro dan selaku ketua ORARI sudah sejak awal membuat langkah - langkah antisipasi sepert melakukan screening calon anggota dengan ketat melalui ujian dan ini dibuktikan dengan terdominasinya kegiatan ORARI Semarang oleh anggota-anggotanya yang melakukan kegiatan amatir tulen, seperti pemancar rakitan sendiri kegiatan QSO sebagainya. Namun di jawa timur baru setelah diberikan pengarahan pembina ORARI Bapak Telwe baru menyadari akan pandangannya yang keliru tentang kegiatan amatir radio.

Terbentuknya ORARI DKI Jakarta

Terbentuk ORARI DAERAH KHUSUS IBUKOTA (ODJ) dan anggotanya terdiri atas mereka yang tergabung dalam PARI dan PARD, dengan ketua Willy A. Karamoy † (YBØBV) , Dibantu aktivis lainya seperti M.S. Tamimi † (YBØAC), Soehindriyo (YBØAD), B. Zoelkarnain † (YBØAU), Soetikno Boechari (YBØAG), Hasan Koesoema (YBØAH), John H. Kertayasa † (YBØAR), Herry Sembel (YBØBR), RAJ Lumenta † (YBØBY) dan lainnya. ODJ secara praktis mewakili daerah lainnya di Dewan Telekomunikasi. Kegiatan ujian diketuai oleh Soetikno Boechari (YBØAG), bahan ujian meliputi teori / praktek bidang tehnik dan Operating procedures / CW. Dan kegiatan ujian dilakukan 1 bulan sekali.

Sampai saat ini kengurusan ODJ sudah beberapa kali berganti diawali dengan Willy A. Karamoy † (YBØBV), Soewondo † (YBØAT), M.I. Khadja (YBØBU), Barata † (YBØAY), T. Zulkarnaen (YBØBZT) dan Sugeng Supriatna - (YCØSGF) Pada masa kepemimpinan YBØBU terjadi booming anggota sekitar tahun 1978, banyak anggota masyarakat mendadak ingin menjadi anggota bahkan dengan segala cara dan karena adanya juga anggota yang vested interes terjadilah krisis berupa usaha menjatuhkan pengurus ORARI Daerah Jakarta (ODJ) dan syukur berkat asaz musyawarah dan mufakat diantara aktivis, krisis tsb. dapat diatasi dengan baik. Dan setelah itu pula penyelenggaraan ujian diserahkan kepada Departemen Telekomunikasi.

Sepintas Sejarah Amatir Radio di Luar Jakarta

Di Jawa barat pada awalnya bermula di Bandung dengan wadah PARB (Persatuan Amatir Radio Bandung) yang kemudian berubah menjadi PARI yang meliputi seluruh Jawa Barat dan kemudian berubah menjadi ORARI Regional 1 dengan ketua Tom Patah †. (YB1ZA) yang dibantu oleh pengurus lainnya seperti Yos Urbanus Kaseger †. (YB1AG), Ikin Mansur (YB1AB), Robin Kain † (YB1KW), Darya † (YB1CR), Soeyoto † (YB1AY), Moehartono † (YB1PG) dan lainnya.

Di Jawa Tengah, Anggotanya terdiri atas mereka yang tergabung dalam PRAI dengan Imam Poerwito (YB2AB) sebagai ketua dibantu aktivis lainnya seperti Djahari (YB2AG), Soeyono † (YB2AU) dll

Di Jawa Timur, ORARI terbentuk dengan pembina Bapak Telwe, Ketua Soegeng Soenarjo (YB3AB), dibantu oleh Putu Wijaya (YB3AD), Wilson (YB3DC), Soepardi (YB3DD) dan lainnya.

Kegiatan Amatir Radio

  • ARC, Amatir Radio Club, perkumpulan amatir radio biasanya di bawah lokal ORARI.
  • Contest, pertandingan berkomunikasi radio
  • DX, komunikasi jarak jauh antar benua
  • DX-pedition, expedisi / perjalanan ke tempat langka & beroperasi dari sana.
  • Field Day, bekerja di lapangan dengan peralatan minimal.
  • Fox Hunting, lomba mencari pemancar gelap.
  • Net, cek-in / absen secara periodik, biasanya setiap hari pada jam tertentu.
  • QRP, bekerja dengan daya kecil biasanya sekitar 1-5Watt saja.
  • QSL Card, pertukaran kartu tanda pernah berkomunikasi
  • Special Event Station, stasiun yang di operasikan pada acara / event khusus.
  • CORE (Communication and Rescue) ORARI, adalah program kegiatan yang dikembangkan sebagai bentuk kepedulian ORARI dalam menghadapi situasi kebencanaan, dan kedaruratan yang terjadi.


Teknik Radio

Ada beberapa teknik radio yang sering dipelajari oleh seorang amatir radio, seperti,

  • Teknik Antenna
  • Teknik Membuat Pemancar Sendiri (Homebrew)
  • Teknik Gelombang Mikro (microwave)
  • Teknik Komunikasi kode Morse (Continous Wave)
  • Teknik Komunikasi Satelit (Amatir Satelit)
    • Teknik Komunikasi melalui Bulan sebagai satelit pasif Earth Moon Earth (EME)
  • Teknik Modulasi
  • Teknik Televisi Amatir
    • Slow Scan TV (SSTV)
    • Fast Scan TV
  • Teknik Komunikasi Digital
    • Radio Teletype (RTTY)
    • Radio Paket
    • Jaringan Data Kecepatan Tinggi di 2.4 GHz & 5.8 GHz.
    • PSK31
  • Propagasi Radio
  • Teknik jaringan komputer / Internet di kenal sebagai AMPRNet, menggunakan domain .ampr.org dan keluarga IP address 44.132.x.x. Koordinator AMPRNet Indonesia adalah Onno W. Purbo, YC0MLC.
Silahkan join chat Radio Komunikasi Indonesia di TELEGRAM --> https://t.me/joinchat/

Sumber :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Amatir_Radio_Indonesia
2. https://orari.or.id/sejarah-orari.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar